Sabtu, 15 Desember 2012

PERHITUNGAN PERSEDIAAN


Inventori Periodikal, Metode LIFO
Physical Inventory, Last In First Out
Metode LIFO menghitung Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Akhir dari hasil melakukan stock opname pada akhir suatu periode akuntansi. Harga Pokok Penjualan dihitung dengan menggunakan harga barang yang masuk terakhir ke gudang dan di keluarkandahulu. Dengan demikian barang yang masih ada yang belum terjual adalah barang dari persediaan awalnya.
Sedangkan sistem pencatatan periodikal adalah sistem pencatatan dimana persediaan dihitung secara periodik dengan melakukan stock opname.
Dalam pelaksanaan pencatatan INVENTORI PERIODIKAL LIFO pada saat pembelian barang, jurnalnya tidak menggunakan akun Persediaan melainkan digunakan akun Pembelian. Pada saat penjualan jurnalnya debet kas atau piutang dagang dan kredit penjualan, sedangkan Harga Pokok Penjualan belum dapat diketahui karena baru ketahuan pada akhir periodic setelah melakukan stock opname.
Akun Persediaan yang terdapat dalam Neraca sepanjang tahun tetap tidak berubah dan akan berubah setelah melakukan stock opname.
Ilustrasi :
Berikut data persediaan, pembelian dan penjualan pada CV Enggano selama tahun 2007 :
01/01 Saldo barang dagangan,100 unit @ Rp. 1.000,- = Rp. 100.000,-
16/01 Dibeli barang dagangan, 550 unit @ Rp. 1.100,- =Rp. 605.000,-
12/02 Dijual barang dagangan, 300 unit @ Rp. 3.000,- = Rp. 900.000,-
14/04 Dibeli barang dagangan, 400 unit @ Rp. 1.175,- = Rp 470.000,-
20/06 Dijual barang dagangan, 600 unit @ Rp. 3.500,- = Rp.2.100.000,-
02/08 Dibeli barang dagangan, 250 unit @ Rp. 1.225,- = Rp. 306.250,-
25/10 Dijual barang dagangan 325 unit @ Rp. 3.750,- = Rp 1.218.750,-
15/12 Dibeli barang dagangan 65 unit @ Rp. 1.250,- = Rp. 81.250
Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Akhir
Dalam menghitung Harga Pokok Penjualan maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan stock opname maka hasilnya :
Unit Persediaan akhir = unit (Saldo + Pembelian) – unit Penjualan
Unit Persediaan akhir = ( 100 + 550 + 400 + 250 + 65 ) – 300 – 600 – 325 = 140 unit
Nilai Harga Pokok Penjualan =
( 65 unit x Rp. 1.250 + 250 unit x Rp. 1.225 + 10 x Rp. 1.175 ) + ( 390 unit x Rp. 1.175 + 210 unit x Rp. 1.100 ) + ( 300 unit x Rp. 1.100 ) = Rp. 81.250 + Rp.306..250 + Rp. 11.750 + Rp. 458.250,- + Rp.231.000,- + Rp. 330.000,- = Rp. 1.418.500,-
Persediaan Akhir = 40 unit x Rp. 1.100,- + 100 unit x Rp. 1.000,- = Rp. 44.000 + Rp. 100.000,- = Rp. 144.000,-
Laba Kotor = ( Rp. 900.000 + Rp. 2.100.000,- + Rp. 1.218.750,-) – Rp. 1.418.500,-= Rp. 2.800.250,-



Read More....

Inventori Periodikal-Metode Rata-Rata


Inventori Periodikal-Metode Rata-Rata
Physical Inventory-Average Method

Metode AVERAGE menghitung Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Akhir dari hasil melakukan stock opname pada akhir suatu periode akuntansi. Harga Pokok Penjualan dihitung dengan menggunakanharga rata-rata dari keseluruhan barang yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian harga pokok barang terjual dan barang yang masihbelum terjual atau persediaan akhir adalah sama besar. Sedangkan sistem pencatatan periodikal adalah sistem pencatatan dimana persediaan dihitung secara periodik dengan melakukan stock opname.
Dalam pelaksanaan pencatatan INVENTORI PERIODIKAL AVERAGE pada saat pembelian barang, jurnalnya tidak menggunakan akun Persediaan melainkan digunakan akun Pembelian. Pada saat penjualan jurnalnya sebelah debet kas atau piutang dagang dan sebelah kredit penjualan, sedangkan Harga Pokok Penjualan belum dapat diketahui karena baru ketahuan pada akhir periodic setelah melakukan stock opname.
Akun Persediaan yang terdapat dalam Neraca sepanjang tahun tetap tidak berubah dan akan berubah setelah melakukan stock opname.
Ilustrasi :
Berikut data persediaan, pembelian dan penjualan pada CV Enggano selama tahun 2007 :
01/01 Saldo barang dagangan, 100 unit @ Rp. 1.000,- = Rp. 100.000,-
16/01 Dibeli barang dagangan, 550 unit @ Rp. 1.100,- =Rp. 605.000,-
12/02 Dijual barang dagangan, 300 unit @ Rp. 3.000,- = Rp. 900.000,-
14/04 Dibeli barang dagangan, 400 unit @ Rp. 1.175,- = Rp 470.000,-
20/06 Dijual barang dagangan, 600 unit @ Rp. 3.500,- = Rp.2.100.000,-
02/08 Dibeli barang dagangan, 250 unit @ Rp. 1.225,- = Rp. 306.250,-
25/10 Dijual barang dagangan sebanyak 325 unit @ Rp. 3.750,- = Rp 1.218.750,-
15/12 Dibeli barang dagangan sebanyak 65 unit @ Rp. 1.250,- = Rp. 81.250
Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Akhir
Dalam menghitung Harga Pokok Penjualan maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan stock opname maka hasilnya :
Keseluruhan barang dagangan yang dimiliki adalah :
Saldo, 01/01 sebanyak 100 unit x Rp. 1.000,- = Rp. 100.000,-
Pembelian tanggal 16/01, 550 unit x Rp.1.100 = Rp. 605.000,-
Pembelian tanggal 14/04, 400 unit x Rp. 1.175= Rp. 470.000,-
Pembelian tanggal 02/08, 250 unit x Rp. 1.225= Rp. 306.250,-
Pembelian tanggal 15/12, 65 unit x Rp. 1.250, = Rp. 81.250,-
JUMLAH SEBANYAK 1.365 unit dengan NILAI = Rp 1.562.500
HARGA RATA-RATA = Rp.1.562.500/ 1.365 unit = Rp. 1.144,69 .
Jumlah unit barang yang terjual sebanyak 300 unit + 600 unit + 325 unit = 1.225 unit.
Nilai Harga Pokok Penjualan = 1.225 unit x Rp. 1.144,69 = Rp. 1.402.245,-
Persediaan Akhir = 140 unit x Rp. 1.144,69,- = Rp. 160.255,-
Laba Kotor = ( Rp. 900.000 + Rp. 2.100.000,- + Rp. 1.218.750,-) – Rp. 1.402.245,-= Rp. 2.816.505,-


Read More....

Inventori Periodikal-Metode FIFO


Inventori Periodikal-Metode FIFO
Physical Inventory-First In First Out Method

Metode FIFO merupakan salah satu metode menghitung Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Akhir dengan menganggap bahwa barang yang masuk pertama kali ke gudang di keluarkan juga pertama kali. Sehingga barang yang masih ada yang belum terjual adalahpersediaan akhirnya.
Sedangkan sistem pencatatan periodikal adalah sistem pencatatan dimana persediaan dihitung secara periodik dengan melakukan stock opname.
Sebagai konsekuensinya, dengan melakukan INVENTORI PERIODIKAL FIFO maka:
Saat pembelian barang, jurnalnya tidak menggunakan akun Persediaan melainkan akun Pembelian.
Saat penjualan dilakukan ternyata besarnya Harga Pokok Penjualanbelum dapat diketahui karena baru ketahuan pada akhir periodic setelah melakukan stock opname.
Akun Persediaan yang terdapat dalam Neraca sepanjang tahun tetap tidak berubah dan akan berubah setelah melakukan stock opname.
Ilustrasi :
Berikut data persediaan, pembelian dan penjualan pada CV Enggano selama tahun 2007 :
01/01 Saldo barang dagangan,100 unit @ Rp. 1.000,- = Rp. 100.000,-
16/01 Dibeli barang dagangan, 550 unit @ Rp. 1.100,- =Rp. 605.000,-
12/02 Dijual barang dagangan, 300 unit @ Rp. 3.000,- = Rp. 900.000,-
14/04 Dibeli barang dagangan, 400 unit @ Rp. 1.175,- = Rp 470.000,-
20/06 Dijual barang dagangan, 600 unit @ Rp. 3.500,- = Rp.2.100.000,-
02/08 Dibeli barang dagangan, 250 unit @ Rp. 1.225,- = Rp. 306.250,-
25/10 Dijual barang dagangan, 325 unit @ Rp. 3.750,- = Rp 1.218.750,-
15/12 Dibeli barang dagangan, 65 unit @ Rp. 1.250,- = Rp. 81.250
Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Akhir
Dalam menghitung Harga Pokok Penjualan maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan stock opname maka hasilnya :
Unit Persediaan akhir = unit (Saldo + Pembelian) – unit Penjualan
Unit Persediaan akhir = ( 100 + 550 + 400 + 250 + 65 ) – 300 – 600 – 325 = 140 unit
Nilai Harga Pokok Penjualan =
(100 unit x Rp. 1.000 + 200 unit x Rp. 1.100 ) + ( 350 unit x Rp. 1.100 + 250 unit x Rp. 1.175 ) + ( 150 unit x Rp. 1.175 + 175 unit x Rp. 1.225 ) = Rp. 320.000 + Rp.678.750 + Rp. 390.625 = Rp. 1.389.375,-
Persediaan Akhir = 75 unit x Rp. 1.225,- + 65 unit x Rp. 1.250,- = Rp. 91.875 + Rp. 81.250 = Rp. 173.125,-
Laba Kotor = ( Rp. 900.000 + Rp. 2.100.000,- + Rp. 1.218.750,-) – Rp. 1.389..375,-= Rp. 2.829.375.-


Read More....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar