Minggu, 16 Desember 2012

CONTOH REKONSILIASI

kopi kuat, kopi stamina www.kopiclengtop.blogspot.com
Prosedur Rekonsiliasi Bank
Apabila penerimaan kas setiap hari langsung disetorkan ke bank dan pembayaran dilakukan dengan cek, maka setiap akhir bulan perusahaan perlu mencocokkan saldo menurut catatan perusahaan dengan saldo menurut catatan bank yang tersaji di laporan bank. Prosedur mencocokkan saldo kas menurut catatan perusahaan dan catatan bank dan catatan perusahaan disebut rekonsiliasi bank.
Rekonsiliasi bank dilakukan untuk mengungkapkan setiap kesalahan dan ketidak wajaran yang ada pada catatan perusahaan di bank. Prosedur rekonsiliasi dilakukan untuk mencari sebab-sebab ketidakcocokan yang terjadi antara saldo menurut catatan bank dan catatan perusahaan. Selain itu, rekonsiliasi bank berguna untuk mengecek ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank. Rekonsiliasi juga berguna untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Logisnya, catatan perusahaan dan catatan bank harus menunjukkan saldo yang sama. Dalam kenyataan, dua saldo tersebut mungkin berbeda. Ketidakcocokan yang terjadi biasanya disebabkan oleh adanya beda waktu yang terjadi dalam prosedur pencatatan, penerimaan dan pengeluaran kas. Berikut ini adalah penyebab perbedaan antara saldo perusahaan dan saldo bank karena beda waktu mencatat dan salah catat.
  • Setoran dalam perjalanan (deposit intransit)
Setoran dalam perjalanan adalah setoran perusahaan ke bank yang belum dicatat oleh bank karena kemungkinan-kemungkinan berikut.
  1. Aturan intern bank bahwa setoran yang dilakukan pada akhir bulan akan dicatat selang satu hari kerja berikutnya
  2. Aturan intern bank bahwa setoran di atas pukul 12:00 baru dicatat selang satu hari kerja berikutnya
  3. Setoran melalui Automatic Teller Machine (ATM) dicatat selang satu hari kerja berikutnya
  4. Setoran dengan prosedur clearing dicatat setelah selesai prosedur tersebut. Jika clearing selesai pada pukul 10:00, sehingga setoran dengan prosedur clearing yang diterima bank setelah pukul 10:00 akan diselesaikan pada hari clearingberikutnya.
Prosedur pemeriksaan untuk menemukan setoran dalam perjalanan adalah membandingkan semua setoran menurut slip setoran dengan setoran yang tampak dalam laporan bank. Setoran perusahaan yang tidak tampak di laporan bank adalah setoran dalam perjalanan.
  • Cek yang masih beredar (outstanding check)
Cek yang masih beredar adalah cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan tetapi bank belum membayarnya karena pemegang cek (pihak yang dibayar perusahaan, misalnya supplier) belum menguangkannya ke bank. Prosedur pemeriksaan untuk menemukan cek yang masih beredar adalah membandingkan seluruh cek yang telah dikeluarkan (periksa nomor cek di bonggol cek) dengan cek-cek yang telah diuangkan oleh bank yang tampak di laporan bank. Cek yang tidak nampak di laporan bank adalah cek yang masih beredar.
  • Biaya bank (service charge)
Biaya bank adalah biaya yang dibebankan oleh bank kepada perusahaan atas jasa bank melayani giro perusahaan. Bank langsung mengurangi giro perusahaan, sedangkan perusahaan, sedangkan perusahaan belum mencatatnya karena belum mengetahuinya sebelum menerima laporan bank atau memo debit dari bank. Prosedur pemeriksaan untuk menemukan biaya bank adalah dengan mengidentifikasi memo debit untuk biaya bank di laporan bank (kode memo debit untuk biaya bank pada umumnya DM dengan nomor tertentu).
  • Cek kosong (non-sufficient fund check)
Cek kosong adalah cek yang tidak cukup dananya. Pada waktu perusahaan menerima cek dari pelanggan, perusahaan sudah mengakuinya sebagai penerimaan kas dan disetornya ke bank sebagai penambah saldo rekening giro perusahaan. Di hari berikutnya, ternyata ada pemberitahuan dari bank bahwa cek yang disetorkan tidak cukup dananya. Jika bank belum terlanjur menganggap cek kosong ini sebagai setoran, maka dilaporan bank tidak terdapat setoran tersebut dan juga tidak terjadi pengurangan setoran. Namun jika bank telah telanjur menganggapnya sebagai setoran, maka di laporan bank akan tercantum setoran dan juga pengurangan. Keterangan untuk pengurangan adalah cek kosong (non-sufficient fund check). Prosedur untuk menemukan cek kosong adalah mengidentifikasi memo debit untuk cek kosong di laporan bank (kode DM dengan nomor tertentu).
Di Amerika Serikat, bank menerima setoran berupa cek meskipun cek tersebut berasal dari bank lain. Apabila cek tersebut tidak cukup dananya pada waktu clearing, barulah bank tersebut membatalkan setoran tersebut. Dengan demikian, setiap menyetor cek pelanggan di bank, perusahaan langsung menerima bukti setor (deposit slip) dan oleh karena itu menjadi bukti untuk pencatatan bertambahnya rekening kas di bank. Di Indonesia, bank tidak menerima setoran berupa cek yang berasal dari bank lain, kecuali kalau sudah selesai clearing. Dengan praktik seperti ini, maka perusahaan di Indonesia tidak menganggap cek dari pelanggannya sebagai pelunasan sebelum cek itu dinyatakn tertagih oleh bank setelah selesai clearing. Berdasar uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak satu pun cek kosong telanjur dicatat oleh perusahaan sebagai kas.
  • Pelunasan dari pelanggan (debitor) via transfer giro
Dalam praktik bisnis modern, para debitor atau pelanggan perusahaan membayar utangnya melalui rekening giro perusahaan di bank. Perusahaan baru mengetahui bertambahnya saldo kas dari transfer ini setelah menerima laporan bank atau memo kredit dari bank. Prosedur untuk menemukan transfer dari pihak lain adalah mengidentifikasi memo kredit untuk transfer tersebut di laporan bank (kode CM dengan nomor tertentu).
  • Jasa giro bank
Jasa giro bank adalah balas jasa bank yang diberikan kepada perusahaan karena bank dapat memanfaatkan simpanan giro perusahaan. Dalam hal ini, bank langsung menambah giro perusahaan, sedangkan perusahaan belum mencatatnya karena belum mengetahuinya sebelum menerima laporan bank atau memo kreditdari bank. Prosedur pemeriksaan untuk menemukan jasa giro bank adalah mengidentifikasi memo kredit untuk jasa giro di laporan bank (kode CM dengan nomor tertentu).
  • Salah catat
Apabila setelah mempertimbangkan semua pos di atas, ketidakcocokan antara saldo perusahaan dan saldo bank masih ditemukan, maka dilakukan prosedur pemeriksaan yang lain untuk menentukan kemungkinan salah catat di buku perusahaan dan atau di buku bank. Apabila salah catat telah diidentifikasi, tetapi saldonya belum cocok, maka ada indikasi bahwa kas digelapkan.
Bentuk Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam 2 macam cara yang berbeda:
  • Rekonsiliasi saldo akhir. Rekonsiliasi ini mempunyai dua bentuk:
  • Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. Berikut adalah contoh:
Penyusunan laporan rekonsiliasi saldo akhir disusun berdasarkan data yang diperoleh dari catatan PT XYZ pada tanggal 31 Desember 2005 sebagai berikut:
Data di atas jika disusun dalam laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar adalah sebagai berikut:
 
Dalam laporan rekonsiliasi ini dapat diperoleh hasil yang menunjukkan berapa saldo yang benar menurut kas maupun saldo yang benar menurut bank. Bentuk ini sering digunakan karena lebih berguna untuk tujuan intern perusahaan.
  • Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas.
Pada rekonsiliasi ini hanya diketahui sebab-sebab perbedaan saldo kas dan saldo bank. Rekonsiliasi bentuk ini sering digunakan oleh akuntan dalam melakukan pemeriksaan kas.
Perlu diperhatikan bahwa rekonsiliasi bank tidak membetulkan rekening kas dan rekening-rekening lainnya. Ia hanya merupakan kertas kerja atau laporan yang dibuat oleh pemeriksa intern atas hasil prosedur rekonsiliasi. Oleh karena itu, saldo rekening-rekening setelah rekonsiliasi bank tersebut masih tetap menunjukkan saldo-saldo semula. Untuk membetulkan saldo-saldo buku perusahaan, kita harus menyusun jurnal penyesuaian dan mempostingnya ke rekening-rekening terkait.
  • Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir. Rekonsiliasi ini biasanya dilakukan oleh akuntan pemeriksa (auditor) sebagai alat pengujian yang menyeluruh terhadap transaksi-transaksi kas. Dalam bentuk ini, selain saldo awal dan saldo akhir akan dapat diketahui perbedaan jumlah penerimaan dan pengeluaran antara bank dengan catatan kas. Susunan kolom-kolomnya adalah saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir. Dalam mengerjakan rekonsiliasi bentuk ini diperlukan pengetahuan mengenai prosedur pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dan bank, karena prosedur yang digunakan akan mempengaruhi jumlah-jumlah yang akan direkonsiliasikan. Rekonsiliasi ini mempunyai dua bentuk:
  • Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom)
Sebagai contoh adalah data yang diambil dari PT ABC:
Laporan rekonsiliasi yang disusun dari data di atas adalah sebagai berikut:
Setelah menyusun rekonsiliasi laporan bank, perlu dibuat jurnal untuk membetulkan catatan kas. Dari rekonsiliasi di atas yang dibuat koreksinya hanya elemen-elemen yang mempengaruhi saldo kas tanggal 31 Januari 2006. Jurnal koreksi yang dibuat pada tanggal 31 Januari 2006 adalah sebagai berikut:
  • Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir (8 kolom)
Prinsipnya sama dengan rekonsiliasi saldo akhir untuk menunjukkan saldo yang benar, hanya saja disusun rekonsiliasi untuk saldo bank tersendiri dan saldo kas tersendiri. Karena yang direkonsiliasikan ada 4 jumlah yaitu saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir maka rekonsiliasinya menjadi 8 kolom, masing-masing untuk bank dan kas. Berikut adalah contoh dari rekonsiliasi 8 kolom dengan menggunakan PT. ABC:
Rekonsiliasi 8 kolom di atas dapat juga dibuat laporannya dengan bentuk yang berbeda seperti yang nampak berikut.
Bentuk ini adalah untuk mencari saldo yang benar, sehingga merupakan rekonsiliasi 8 kolom. Perbedaannya adalah dalam cara penyajian, yaitu 4 kolom diatas, dan 4 kolom dibawah. Karena bentuknya yang seperti ini, walaupun prinsipnya adalah sama dengan rekonsiliasi 8 kolom, nampaknya seperti rekonsiliasi 4 kolom.
Jika dibandingkan dengan rekonsiliasi saldo akhir maka rekonsiliasi 4 kolom adalah perluasan dari rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas, sedang rekonsiliasi 8 kolom merupakan perluasan dari rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. Oleh karena itu prosedur dalam membuat rekonsiliasi daldo akhir juga berlaku dalam rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, hanya saja lebih komplek.

PERHITUNGAN NILAI PERSEDIAAN METODE FIFO & LIFO


PERHITUNGAN NILAI PERSEDIAAN DENGAN METODE FIFO DAN LIFO

Pengertian dan Klasifikasi Persediaan
“ Persediaan adalah suatu jenis aktiva atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau badan usaha (saat) tertentu, yang akan dijual kembali atau akan dikonsumsi (dipakai) dalam operasi normal perusahaan. (F.X. Sudarsono ; 1996,106).”
“ Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa atau barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual. (Kieso dan Weygandt ; 1995,491).”
Sedangkan menurut “ Radiks Purba (1995,159) dilihat dari segi neraca, persediaan adalah barang atau bahan yang masih tersedia pada tanggal neraca, yang dapat segera dijual atau digunakan (dikonsumsi) atau diolah dahulu (manufaktur) kemudian dijual.”
Pengertian persediaan untuk jenis barang tertentu bagi perusahaan yang satu tidak sama dengan perusahaan yang lain, misalnya aktiva berupa : mobil, mesin-mesin pabrik merupakan aktiva tetap bagi perusahaan manufaktur namun bagi perusahaan perdagangan mobil dan mesin-mesin pabrik aktiva jenis tersebut merupakan persediaan.
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk selesai.



Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:

  1. Sistem fisik (physical inventory system)
    1. Sistem Perpetual (perpetual inventory system).

Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini :
Pesediaan Awal                                  xxx

Pembelian                                            xxx  +
Barang tersedia untuk dijual               xxx
Persediaan Akhir                                 xxx 
Harga Pokok Penjualan                       xxx
                                                            ===
Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
  • Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam  suatu catatan tertentu.
  • Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
  • Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.

Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.


Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan. Berikut contoh kartu persediaan :

Nama perusahaan : Jenis barang         :Kode barang  : Gudang          :
Tgl.
Pembelian
Penjualn
Saldo
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah











Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
  • Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
  • Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
  • Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.

Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang.

 Metode Penilaian Persediaan
Metode yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya nilai persediaan ada beberapa macam. Nilai persediaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyusunan laporan keuangan baik dalam neraca maupun laporan perhitungan laba rugi. Nilai persedian yang tercantum dalam neraca menunjukkan nilai kekayaan yang berdasarkan prinsip hati-hati menghendaki nilai mana yang terendah. Sedangkan nilai persediaan untuk kepentingan perhitungan laba rugi dihadapkan kepada kepentingan penentuan laba yang diperoleh perusahaan.
Beberapa metode penilaian persediaan yang ada dapat diuraikan sebagai berikut :

  1. Metode Harga Pokok (cost), dibagi menjadi :
    1. Metode Identifikasi Khusus
    2. Metode Rata-rata, yang dibagi menjadi :
-  Sistem Fisik :( 1) Metode rata-rata sederhana;(2) Metode rata-rata tertimbang.
- Sistem Perpetual : metode rata-rata bergerak

  1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
  2. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
  3. Metode Harga Terendah diantara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market).
  4. Metode Taksiran, yang didasarkan atas :
    1. Metode Laba Kotor
    2. Metode Harga Eceran
 Metode Harga Pokok (cost)
Penilaian persediaan barang dagangan dengan menggunakan harga pokok adalah penilaian persediaan yang besarnya terdiri dari seluruh pengeluaran yang dilakukan atas kewajiban-kewajiban yang timbul untuk memperoleh barang sampai barang tersebut siap untuk dijual atau dikonsumsi.

  1. Metode Identifikasi Khusus
Metode harga pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang sesungguhnya. Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak banyak unitnya (kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.





  1. Metode Rata-rata (Average Method)
Metode harga pokok rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang didasari atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Besar kecilnya nilai persediaan yang masih ada dan harga pokok barang yang dijual, dipengaruhi oleh metode yang dipakai dalam metode rata-rata adalah : (1) sistem fisik yang dibagi menjadi metode rata-rata sederhana dan metode rata-rata tertimbang ; (2) sistem perpetual (metode rata-rata bergerak). Rumus yang digunakan pada metode rata-rata adalah sebagai berikut :
Metode rata-rata sederhana :
Biaya perunit                           = Total harga perunit pembelian
Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir             = Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan           = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
-    Metode rata-rata tertimbang :
Biaya perunit                           = Jumlah harga perunit x banyaknya unit
Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir             = persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan           = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
-       Metode rata-rata bergerak :
Metode ini diselenggarakan dengan kartu persediaan dan harga pokok perunit persediaan selalu berubah setiap terjadi pembelian barang baru.
Harga pokok rata-rata = harga perolehan lama + harga perolehan baru
Unit barang lama + unit barang baru

  1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.





Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan awal                      xxx
Pembelian                                xxx +
Tersedia untuk dijual              xxx
Penjualan                                 xxx –
Persediaan akhir                      xxx
Metode FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini :
Kas/ Piutang Dagang              xxx
Penjualan                                 xxx
HPP                                         xxx
Persediaan barang                   xxx

  1. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.

Sabtu, 15 Desember 2012

LANGKAH MEMBUAT REKONSILIASI BANK


Cara Membuat Rekonsiliasi Bank: Selangkah Demi Selangkah

  • 0
     
    Share
Di tulisan ini saya akan tunjukan cara membuat rekonsiliasi bank selangkah demi selangkah, disertai dengan contoh kasus dan contoh format rekonsiliasi bank. Sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan jika konsep dasarnya sudah dipahami (jika belum, silahkan baca “Konsep Rekonsiliasi Bank“).
Tidak ada aturan baku (standar) untuk melakukan proses rekonsiliasi. Setiap pegawai akuntansi atau pembukuan mungkin memili tehnik yang berbeda dalam melakukan rekonsiliasi bank.
Ada yang memulai proses rekonsiliasi dengan mengidentifikasi dan mengumpulkan semua perbedaan. Lalu semua perbedaan itu dituangkan ke dalam lebar kerja rekonsiliasi. Baru dilakukan penjurnalan sekaligus. Persis seperti apa yang diajarkan saat di bangku kuliah dahulu. Saya sendiri, di awal-awal karir juga melakukan rekonsiliasi bank dengan cara seperti itu.
Seiring bertambahnya pengalaman, saya menemukan bahwa menelusuri transaksi baris-per-baris sangat memakan waktu. Jika jumlah transaksinya kurang dari 20 baris mungkin bisa dilakukan dengan cepat. Bayangkan jika jumlah transaksinya 300 an lebih. Mungkin akan butuh waktu berhari-hari.
Kebetulan jumlah transaksi yang saya tangani selalu banyak. Dan diakhir penelusuran, seringkali saya menemukan perbedaan yang sangat kecil. Sehingga usaha menelusuri satu-satu sejak di awal rasanya terlalu banyak buang waktu. Saya meninggalkan cara klasik yang diajarkan di kampus itu dan lebih suka melakukan identifikasi dan penjurnalan secara bertahap. Disamping lebih efesien waktu, lemabaran kerja rekonsiliasi juga menjadi lebih ringkas. Berikut adalah langkah-langkah yang biasa saya lakukan untuk mempercepat proses rekonsiliasi bank:

Langkah-1: Bandingkan Saldo Rekening Koran Vs Buku Kas Perusahaan

Sama atau berbeda? Kemungkinan untuk persis sama sangatlah kecil. Biasanya selalu ada perbedaan. Misalnya ditemukan Saldo Rekening Koran Rp 8,550,000, sementara saldo Buku Kas Perusahaan Rp 36,380,000. Perbedaan yang lumayan besar. Lanjutkan ke Langkah-2.

Langkah-2. Cari Transaksi Yang Bersifat ‘Auto’

Transaksi bersifat ‘Auto’ yang saya maksudkan di sini adalah biaya yang dikenakan oleh bank dengan langsung mendebit (memotong saldo) dan pendapatan yang diberikan oleh bank dengan langsung mengkredit (menambah saldo) rekening perusahaan, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, antara lain: biaya admin bank, bea meterai, biaya buku cek, bunga jasa giro, pajak atas bunga. Karena bank langsung melakukan transaksi tanpa pemberitahuan ke pihak perusahaan terlebih dahulu, maka perusahaan biasanya belum mencatat transaksi tersebut di dalam buku kas perusahaan.
Jenis transaksi ini rutin terjadi setiap bulannya, jumlahnya relatif sama dari bulan-ke-bulan, kisaran tanggal transaksinyapun lebih banyak terjadi mendekati akhir-akhir bulan (kecuali biaya buku cek—tergantung tanggal pengambilan). Cari jenis transaksi ini di dalam rekening koran. Biasanya antara tanggal 25 hingga 31 untuk setiap bulannya. Misalnya ditemukan:
  • Biaya admin bank Rp 500,000, belum dicatat ke dalam buku kas perusahaan
  • Biaya buku cek Rp 300,000, belum dicatat ke dalam buku kas perusahaan
  • Bea materai Rp 50,000, belum dicatat ke dalam buku kas perusahaan
  • Bunga jasa giro Rp 215,000, belum dicatat ke dalam buku perusahaan
  • Pajak atas bunga Rp 15,000, belum dicatat ke dalam buku perusahaan.

Masukan transaksi-transaksi tersebut ke dalam buku kas perusahaan dengan jurnal, sbb:
[Debit]. Biaya Admin Bank = Rp 850,000
[Credit]. Kas – Bank Mandiri = Rp 850,000
(Biaya admin bank 500,000 + buku cek 300,000 + bea materai 50,000)

[Debit]. Kas – Bank Mandiri = Rp 200,000
[Debit]. Biaya Pajak atas bunga = Rp 15,000
[Credit]. Pendapatan Jasa Giro = Rp 215,000
(Untuk mencatat bunga jasa giro dan pajak atas bunga)
Dengan selesainya penjurnalan di atas berarti jenis biaya dan pendapatan auto telah dimasukan, dan saldo kas perusahaan akan berubah menjadi: 36,380,000 – 500,000 – 300,000 – 50,000 + 200,000 = Rp 35,730,000.
Dibandingkan dengan saldo dalam rekening koran yang hanya Rp 8,550,000, berarti masih ada selisih Rp 27,180,000, bukan? Lanjutkan ke Langkah-3.

Langkah-3. Buat ‘Lembar Kerja Rekonsiliasi’

Buat lembar kerja rekonsiliasi yang sederhana saja, lalu masukan saldo Buku Kas Perusahaan Rp 35,730,000 di ujung atas, dan saldo rekening koran sebesar Rp 8,550,000 di bagian bawah lembaran kerja, seperti berikut ini:

Langkah-4. Temukan Setoran Dalam Perjalanan
Setoran Dalam Perjalanan’ atau ‘Deposit in Transit’ yang dimaksudkan adalah cek (umumnya pembayaran dari pelanggan) yang sudah dicatat sebagai kas masuk akan tetapi belum disetorkan ke bank, atau sudah disetorkan tetapi belum berhasil di kliring sampai bank tutup buku, sehingga di rekening koran tidak muncul.
Kumpulkan semua setoran untuk bulan itu (di dalam buku perusahaan pasti di sisi debit, terutama pada tanggal-tanggal menjelang tutup buku), cari setoran itu di dalam rekening koran satu-per-satu (biasanya di sisi credit rekening koran, dari tanggal 20 ke atas). Setoran manapun yang tidak muncul di rekening koran, masukan ke dalam ‘Lembaran Kerja Rekonsiliasi’ di bagian “Setoran Dalam Perjalanan”. Lalu Jumlahkan. Misalnya ditemukan 3 setoran dalam perjalanan, sbb:
Setoran tanggal 29-Aug-2011 = Rp 15,000,000
Setoran tanggal 30-Aug-2011 = Rp 25,000,000
Setoran tanggal 31-Aug-2011 = Rp 10,000,000
Setoran Dalam Perjalanan       = Rp 50,000,000
(CatatanIni tidak perlu di jurnal, cukup di masukan ke dalam lembar kerja rekonsiliasi saja).

Langkah-5. Temukan Cek Beredar

Cek Beredar’ atau ‘Outstanding Check‘ yang dimaksudkan di sini adalah cek keluar yang sudah dicatat sebagai kas keluar (biasanya pembayaran kepada pihak luar) tetapi belum dicairkan oleh si penerima cek hingga bank tutup buku, sehingga saldo buku kas perusahaan sudah berkurang tetapi saldo kas di rekening koran belum berkurang.
Kumpulkan semua cek keluar bulan itu (di dalam buku perusahaan pasti di sisi kredit terutama pada tanggal-tanggal menjelang tutup buku), cari cek keluar tersebut di dalam rekening koran satu-per-satu (biasanya di sisi debit rekening koran). Setoran manapun yang tidak muncul di rekening koran, masukan ke dalam ‘Lembaran Kerja Rekonsiliasi’ di bagian “Cek Beredar”. Lalu Jumlahkan. Misalnya ditemukan 5 cek beredar, sbb:
Cek No. 389900 = Rp   3,500,000
Cek No. 389905 = Rp   5,200,000
Cek No. 389910 = Rp   2,000,000
Cek No. 389912 = Rp   8,000,000
Cek No. 389917 = Rp   4,300,000
Cek Beredar       = Rp 23,000,000
(CatatanIni tidak perlu di jurnal, cukup di masukan ke dalam lembar kerja rekonsiliasi saja).
Setelah langkah-4 dan 5 di atas dilakukan, maka anda seharusnya akan menghasilkan lembar kerja seperti di bawah ini:

Masih ada selisih Rp 180,000. Yang seperti ini, meskipun tidak terlalu sering, bisa saja terjadi. Dimanakah selisih ini? Cari! Caranya?

Langkah-6. Periksa Ulang Dan Telusuri
Pertama pastikan semua biaya-biaya bank dan pendapatan jasa giro (termasuk pajaknya) sudah dijurnal dan dimasukan ke dalam buku kas perusahaan. Jika tidak ada yang ketinggalan dan semuanya sudah dijurnal dengan benar. Lanjutkan periksa ulang ke lembaran kerja rekonsiliasi, pastikan semua setoran dalam perjalanan dan cek beredar sudah dimasukan ke dalam lembar kerja rekonsiliasi dengan benar. Jika semuanya sudah dimasukan dengan benar, berarti anda perlu melakukan penelusuran satu-per-satu.
Banyak? Lha wong pekerjaan satu bulan harus diperiksa ulang satu per satu, ya jelas buuaaanyak. Tidak usah stress, santai saja. Mungkin perlu minum dulu, luruskan badan, sambil bersihkan meja hingga benar-benar rapi. Setelah ketegangan mulai turun, duduk relax, pikirkan bagaimana caranya melakukan penelusuran dengan cepat?
Bagi para pemula, menelusuri transaksi satu-per-satu memang bukan pekerjaan yang bisa dilakukan dengan cepat. Apalagi jika jumlah transaksi cukup banyak. Tetapi ini adalah hal biasa bagi mereka yang sudah berpengalaman—bisa melakukan penelusuran dengan cepat, karena mereka biasanya sudah memiliki ‘sense’ (semacam instinct) yang bisa mengendus dari mana asal selisih itu. Oke. Saya kasih clue-nya:
  • Jika selisihnya kecil (di bawah Rp 1,000,000), kemungkinan besar disebabkan oleh salah input angka. Artinya, kemungkinan semua cek dan slip setoran sudah terinput, hanya saja diinput lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
  • Jika selisihnya besar (di atas Rp 1,000,000), kemungkinan besar disebabkan oleh: (a) adanya cek keluar/slip setoran yang belum terinput; atau (b) ada cek keluar/slip setoran diinput duakali; atau (c) ada cek batal (kembali) yang lupa dijurnal pembalik (reversal journal).
Yang manapun dari kemungkinan di atas, mau-tidak-mau anda harus melakukan penelusuran transaksi-per-transaksi. Supaya tidak pusing lompat sana lompat sini, lakukan penelusuran dengan menggunakan nomor cek dan nomor slip setoran yang ada di rekening koran (setiap transaksi pasti ada nomor cek/nomor slip-nya). Mulai dari transaksi yang paling atas, misalnya nomor cek 389815.
Jika buku kas perusahaan menggunakan Excel, anda tinggal tekan Ctrl + F, masukan nomor cek tersebut. Jika menggunakan software akuntansiyang memiliki fitur pencarian nomor cek, anda bisa menggunakan itu, masukan nomor cek tersebut. Perhatikan jumlah (amount)-nya. Terus lakukan hingga transaksi terakhir di rekening koran. Saya yakin anda akan menemukannya.
Dalam contoh kasus ini misalnya anda menemukan Cek No. 389825 di rekening koran menunjukan nominal Rp 1,200,000 tetapi di buku kas perusahaan menunjukan nominal Rp 1,020,000. Mungkin cashier ngantuk saat input cek tersebut. Apa yang harus dilakukan dengan ini?
Ambil dokumen terkait dengan transaksi tersebut, misalnya nota tagihan dari PT. XYZ atas pemebelian bahan baku. Periksa nominal tagihannya; apakah memang Rp 1,200,000 atau hanya Rp 1,020,000? Jika memang Rp 1,200,000 berarti hanya kasus salah input—anda cukup menegur data entry kas. Lalu buat jurnal penyesuaian:
[Debit]. Utang pada PT. XYZ       = Rp 180,000
[Credit]. Kas                                  = Rp 180,000
Setelah jurnal ini dimasukan, maka saldo buku kas perusahaan akan berkurang sebesar Rp 180,000, sehingga menjadi Rp 35,550,000. Ganti saldo akhir buku kas di lembar kerja rekonsiliasi (ujung atas) dari Rp 35,730,000 menjadi Rp 35,550,000, sehingga ‘Saldo Akhir Buku Kas Perusahaan Setelah Rekonsiliasi’ akan menjadi sama persis dengan ‘Saldo Akhir Kas Bank Mandiri, yaitu Rp 8,550,000.
Jika sudah sama, berarti pekerjaan rekonsiliasi bank sudah selesai. Print “Lembaran Kerja Rekonsiliasi” lalu arsipkan bersama-sama dengan rekening koran untuk bulan yang sama.
NoteJika ternyata nota tagihan dalam kasus selisih di atas hanya Rp 1,020,000 berarti ini bukan sekedar kasus salah input, melainkan kasus lebih bayar! Bicarakan dan minta approval dari atasan sebelum memasukan jurnal penyesuaian.